Friday, August 20, 2010

Ramadhan Al Mubarak

20 Ogos 2010
Refleksi Ramadhan : Ramadhan Bulan Doa
10 Ramadhan 1431H.
oleh : Syaikh

RENUNGAN KE-15

Ramadhan Bulan Doa

Allah akan senantiasa dekat dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya di setiap waktu, khususnya pada bulan Ramadhan, sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa setiap muslim memiliki doa yang dikabulkan di bulan Ramadhan, maka hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh dalam berdoa sambil memperhatikan faktor-faktor terkabulnya doa. Faktor tersebut ada lima, yaitu:

Memilih waktu yang tepat, yaitu waktu sahur, penghujung shalat wajib, di antara adzan dan iqamat, detik-detik terakhir hari Jum’at, di saat imam (khatib) datang sampai selesai shalat Jum’at, dan di saat berbuka puasa.

Memilih tempat yang tepat seperti Masjid, Mekkah, Madinah, dan tempat yang lainnya.

Kondisi orang yang berdoa, misalnya seorang musafir, seorang ayah yang mendoakan anaknya, orang yang berpuasa atau orang yang berperang, karena besar kemungkinan doanya akan dikabulkan, begitu juga orang yang terdzalim karena doanya tidak akan di tolak bahkan Allah akan mengangkatnya ke atas awan sambil mengatakan,

وَعِزَّتِي وَجَلاَلِيْ لَأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ.

“Demi kemuliaan dan keperkasaan-Ku Aku akan menolongmu walau dalam kurun waktu yang lama.” (HR. Ahmad).

Atau dia berada dalam kesulitan di mana seseorang tidak memiliki kemampuan sama sekali, akhirnya ia menyerahkan semua urusannya kepada Allah Ta’ala dengan mengharap pertolongan-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan..” (An-Naml: 62).

Diriwayatkan bahwa Musa alaihis salam ketika melewati seorang laki-laki yang sedang berdoa kepada Allah, beliau berkata kepada-Nya, “Ya Rabb, demi Allah andaikan dia memohon kepadaku niscaya akan kukabulkan.” Allah Ta’ala menjawab, “Hai Musa, Aku lebih mengasihaninya daripadamu, akan tetapi dia memohon kepada-Ku sedangkan hatinya tidak bersama-Ku,” maka Nabi Musa alaihis salam segera memberitahu laki-laki tersebut, akhirnya dia serius dalam berdoa dan memusatkan pikiran dan hatinya hanya kepada Allah, kemudian Allah mengabulkan doanya.

Maka seyogyanya seseorang (di saat berdoa) menampakkan dirinya dalam keadaan kesulitan, hati yang luluh karena-Nya, memutuskan harapan dari selain-Nya dan tidak menjadikan doanya sebagai percobaan atau iseng belaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam bersabda,

ادْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ.


“Berdoalah kamu kepada Allah dengan yakin akan dikabulkannya dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan main-main.” (HR. At-Tirimidzi dan Al-Hakim).

Hadits tersebut hadits hasan karena diriwayatkan dengan dua sanad satu sama lain saling menguatkan.

Sifat doa (cara berdoa).

Hendaknya dia beriltizam (komitmen) dengan adab-adabnya yaitu, berwudlu, menghadap kiblat, mengangkat tangan, mengulang-ulang sampai tiga kali, memilih do’a-do’a yang singkat lagi padat, bertawassul kepada Allah dengan nama-namanya yang maha indah dan sifat-sifatnya yang maha tinggi tidak berdoa dengan doa yang mengandung dosa dan pemutusan silaturrahmi dan tidak mengonsumsi makanan yang haram dan yang lainnya.

Pada kesempatan ini saya ingin sampaikan kekeliruan yang terjadi pada sebagian orang di saat mereka berdoa, yaitu berlebih-lebihan, artinya berdoa dengan menyebutkan keinginan satu per satu sehingga memakan waktu yang cukup lama. Seperti Ya Allah, ampunilah ibu bapak kami, kakek dan nenek kami, paman dan bibi kami dari bapak atau ibu, dan menyebutkan seluruh kerabatnya, kemudian tetangganya, teman-temannya dan yang lainnya. Padahal cukup bagi mereka untuk memilih kata-kata yang simpel seperti Ya Allah, ampunilah dosa kami, saudara kami, kerabat kami dan teman-teman kami.

Termasuk juga doa yang berlebih-lebihan apabila berdoa dengan asma’ Allah yang tidak ada dasarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti Ya Gufran.. Ya Sulthan.. Begitu juga berdoa dengan suara keras, dan ini banyak terjadi di masa sekarang terutama dengan adanya pengeras suara, bisa jadi orang yang tinggal di bagian barat di dalam sebuah kota terdengar doanya oleh orang yang berada di sebelah timur dikarenakan kerasnya, dan ini tidak layak. Seandainya dia seorang imam lantas berdoa dan ma’mumnya mengucapkan amin, cukuplah baginya mengeraskan suara yang bisa didengar oleh ma’mumnya saja, dan jika berdoa dalam keadaan seorang diri hendaknya berdoa dengan suara rendah. Allah Ta’ala berfirman,

“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya Zakariya, yaitu tatkala ia berdo'a kepada Rabbnya dengan suara yang lembut.” (Maryam: 2-3).

Setiap ibadah yang dilakukan secara rahasia akan lebih dekat kepada keikhlasan dan diterima Allah.

Tidak ada hijab atau penghalang

Misalnya memakan makanan yang haram seperti riba, menipu, dan menyembunyikan sesuatu dengan sumpah palsu, atau memakan harta anak yatim dan lainnya. Dalam shahih Muslim dikatakan,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ.

“Rasulullah menceritakan seorang laki-laki yang lama bepergian, pakaian serta badannya kusut dan kucel, kemudian berdoa sambil mengangkat kedua tangannya dan berkata, ‘Ya Rabb.. Ya Rabb..,’ tapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim).

Termasuk juga yang akan menghalangi dikabulkannya sebuah doa, meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَدْعُوْنِي فَلَا أُجِيبُ لَكُمْ وَتَسْتَضِرُوْ نِيْ فَلَا أَذْصُرُكُمْ.


“Allah q berfirman, ‘Hai manusia lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar sebelum kamu berdoa kepada-Ku dan Aku tidak mengabulkan (doa)mu dan sebelum kamu minta tolong kepada-Ku dan Aku tidak menolongmu serta sebelum kamu meminta kepada-Ku dan Aku tidak memberimu.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Ibnu Majah).

Jadi, manakala seseorang meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar baik kepada dirinya sendiri, anaknya, keluarganya, tetangganya, kerabatnya, dan semua lapisan masyarakat, niscaya Allah akan memberi sanksi kepadanya dengan tidak dikabulkannya doa.

No comments:

Post a Comment